"Pemikiran Xi Jinping" Jadi Kurikulum Pembelajaran di Cina
By Nad
nusakini.co - Internasional - Siswa-siswa di Cina kembali bersekolah dengan buku-buku pelajaran baru yang dipenuhi "pemikiran Xi Jinping", karena partai Komunis tersebut bertujuan untuk mempromosikan kepribadian pemimpin tersebut ke anak-anak mulai dari tujuh tahun untuk mendidik generasi patriot baru.
Kementerian pendidikan menyatakan mereka akan memasukkan ideologi politik Xi Jinping ke dalam kurikulum nasional, mulai dari SD hingga program graduate mahasiswa, saat tahun pembelajaran baru dimulai.
Guru-guru SD harus menanamkan "benih-benih kecintaan partai, negara, dan sosialisme ke hati-hati anak muda", menurut pemberitahuan pemerintah mengenai kurikulum baru.
Buku-buku sekolah baru dipenuhi dengan kutipan-kutipan presiden tersebut dan wajahnya yang sedang tersenyum. Siswa SD juga memiliki bab yang menjelaskan keberhasilan partai Komunis dalam mengurangi kemiskinan dan menghadapi pandemi COVID-19.
Pembelajaran diselingi dengan kutipan-kutipan Xi mengenai patriotisme dan kewajiban nasional, juga anekdot-anekdot pertemuan Xi dengan warga biasa.
"Kakek Xi Jinping sangat sibuk dengan pekerjaannya, namun sesibuk-sibuknya ia, ia tetap berpartisipasi dalam aktivitas kita dan memperdulikan perkembangan kita," tertulis dalam salah satu buku pelajaran.
Pemikiran Xi Jinping berisikan 14 prinsip yang termasuk "kepemimpinan partai yang absolut" di atas militer dan "meningkatkan standar kehidupan dengan pengembangan".
Pemikiran ini diabadikan dalam konstitusi saat rapat legislatif pada tahun 2018 yang menghapuskan batas periode pemerintahan dan membuatnya bisa memerintah tanpa batas waktu yang ditentukan.
Dorongan untuk mengindoktrinasi anak sekolah dengan pemikiran politiknya merupakan audiens termuda ideologi Xi Jinping.
Partai Komunis sedang berusaha mengurangi pengaruh-pengaruh pihak lain terhadap anak muda, seperti video game, selebriti, dan pembelajaran dari luar negeri.
Kebijakan ini dikritisi oleh pengguna-pengguna anonim di Weibo. Salah satu pengguna menuliskan kebijakan ini adalah pencucian otak yang dilakukan dari usia muda.
Cina sebelumnya telah memasukkan patriotisme dan ajaran politik dalam pembelajarannya, namun kurikulum baru ini merupakan promosi sekte Xi Jinping, menurut peneliti Cina, Adam Ni.